TUGAS PORTOFOLIO
3
PSIKOLOGI
MANAJEMEN
DISUSUN OLEH :
1.
Ika Yulistyamawati (14513242)
2.
Marsait Ependi (1B514818)
3.
Tedy Prasetyo (18513832)
4.
Yudha Oktavian Sakti (19513534)
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
A.
MOTIVASI
1.
Definisi
Motivasi
Pengertian Motivasi
menurut Para Ahli :
Motivasi
berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
a.
Menurut
Sardiman
Motif
merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
b.
Menurut
Mulyasa
Motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu.
c.
Menurut
Hamalik
Motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
d.
Menurut
Sardiman
Motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
2.
Teori
Drive Reinforcement
Dasar
pemikiran teori ini adalah bahwa perilaku individual atau motivasi merupakan
suatu fungsi dari konsekuensi dari perilaku tersebut. Perilaku yang diberi
penguatan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang tidak diberi penguatan
cenderung akan ditinggalkan atau tidak muncul.
Strategi utama
atau kontegensi penguatan dengan penguatan (reinforce)
positif : perilaku yang dikehendaki, perilaku positif, keberhasilan diberi
reward (hadiah, penghargaan, pujian dsb) agar perilaku yg dikehendaki tersebut
dipertahankan, diulang atau dengan kata lain ada usaha dari pihak manajemen
untuk meningkatkan kekuatan atau frekuensi perilaku tersebut (positif,
keberhasilan) dengan memberi reward.
a. Reinforce negative
Berusaha
untuk meningkatkan kekuatan atau frekuensi respon dari perilaku yg dikehendaki
dengan menghindarkan adanya stimulus negatif yang memungkinkan adanya respon
yang tidak dikehendaki.
b. Punishment
Berupa
perlakuan tertentu fokusnya bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang tidak
dikehendaki.
c. Extinction
Fokus untuk menurunkan,
mengurangi menghilangkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak dikehendaki
dengan cara tidak memberikan reward yang seharusnya diterima apabila melakukan
perilaku yang dikehendaki.
Teori-teori drive yang lain telah
mengembangkan peran belajar dalam keaslian keadaan terdorong. Contohnya,
dorongan yang di pelajari (learned drives),
seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau
pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain.
Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya
mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu
mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar
dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang
dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke
arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan
didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Masih menurut Hull, suatu kebutuhan
biologis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut,
sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon
berupa reduksi kebutuhan (need reduction
response). Menurut teori Hull, dorongan (motivators of performance) dan reinforcement
bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang
sesuai (Wortman, 2004). Siegel dan Lane, mengutip Jablonke dan De Vries tentang
bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu :
a. Menentukan
apa jawaban yang diinginkan.
b. Mengkomunikasikan
dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
c. Mengkomunikasikan
dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban yang
benar terjadi.
d. Memberikan
ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
e. Memberikan
ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
3.
Teori
Harapan
Teori
ini diciptakan oleh David Nadler dan Edward Lawler yang didasarkan pada empat
asumsi mengenai perilaku dalam organisasi, yaitu :
a. Perilaku
ditentukan oleh kombinasi antara faktor faktor yang terdapat dalam diri orang dan faktor-faktor yang terdapat di
lingkungan.
b. Perilaku
orang dalam organisasi merupakan tindakan sadar dari seseorang, dengan kata lain perilaku seseorang adalah hasil
dari sebuah keputusan yang sudah
diperhitungkan oleh orang tersebut.
c. Orang
mempunyai kebutuhan, keinginan dan tujuan yang berbeda.
d. Orang
memilih satu dari beberapa alternatif perilaku berdasarkan besarnya
harapan memperoleh hasil dari sebuah
perilaku.
Atas dasar asumsi tersebut, Nadler dan
Lawler menyusun model harapan yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1)
Nilai
(Value)
Setiap
bentuk insentif punya nilai positif atau negatif bagi seseorang. Juga apakah
nilai itu besar atau kecil bagi seseorang. Contoh
: Seorang karyawan mendapatkan suatu penghargaan dari perusahaan dengan
diberikan plakat, karena bakti kepada perusahaan selama sekian tahun. Tetapi,
dampak negatifnya dapat membuat kecemburuan sosial terhadap karyawan lain.
2) Instrumentalitas
Adanya
hubungan antara pekerjaan yang harus dilakukan dengan harapan yang dimiliki.
Jadi jika pekerjaan dilihat bisa merupakan alat untuk mendapatkan apa yang
diharapkan timbullah motivasi kerja. Contoh
: seseorang mengikuti sebuah lembaga multi level marketing (MLM) dengan
mengharapkan keuntungan yang berlimpah, karena bila mengandalkan insentif dari
perusahaan tidak cukup memadai sebab bisnis MLM ini cukup menjanjikan
3)
Pengharapan
Persepsi
tentang besarnya kemungkinan keberhasilan mencapai tujuan/hasil kerja. Contoh: seorang karyawan mendapatkan
insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
4.
Teori
Tujuan dan Implikasi Praktisnya
Teori
ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap
orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat
seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab :
a. Dia
akan berorientasi pada hal-hal yang diperlukan.
b. Dia
akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
c. Tugas-tugas
sebisa mungkin akan diselesaikan.
d. Semua
jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
Teori ini mengatakan bahwa kita akan
bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul
bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan
yang jelas. Sehingga munculah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
5.
Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow
a. Kebutuhan
Fisiologis
Ini
adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air,
dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika
seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama
dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
b. Kebutuhan
Keamanan
Ketika
semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan
perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit
kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode
disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering
menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
c. Kebutuhan
Cinta
Sayang
dan kepemilikan, ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan
fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan
dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih
sayang dan memberikan rasa memiliki.
d. Kebutuhan Esteem
Ketika
tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi
dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat
penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas,
berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain.
Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai
orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak
berdaya dan tidak berharga.
e. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Ketika
semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka kebutuhan untuk aktualisasi diri
diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk
menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan”. “Seorang
musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis”. Kebutuhan
ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa
di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar,
tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah
untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa
yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Teori
hierarki kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat
bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan
aktualisasi diri.
6.
Kebutuhan
Yang Relevan Dengan Perilaku Dalam Organisasi
Kebutuhan aktualisasi diri, Maslow
ingin dirinya diakui oleh orang lain dalam organisasi yang ia geluti.
B.
JOB
ENRICHMENT
1.
Pengertian
Job Enrichment
Job enrichment
merupakan suatu pendekatan untuk merancang kembali pekerjaan guna meningkatkan
motivasi instrinsik dan meningkatkan kepuasaan kerja. Pekerja diberikan
kekuasaan atas pekerjaannya, mereka dapat membuat pekerjaan mereka menjadi lebih
terspesialisir dan sederhana.
Dari hal tersebut pekerja dapat mengembangkan
kecakapan yang mereka miliki. Selain itu, job
enrichment mampu membuat pekerja menjadi termotivasi agar berhasil dalam
mencapai kepuasaan kerja. Sebab dalam job
enrichment disini pekerja melakukan pekerjaan dengan kemampuan mereka
sendiri.
Namun, tidak semua dapat melakukan job enrichment karena untuk dapat
melaksanakan job enrichment pekerja
diharapkan memiliki tanggung jawab. Bila mereka tidak mampu melaksanakan
tanggung jawab ini tentu semua pekerjaan tidak dapat berjalan baik. Misalnya
saja dalam tahapan merancang kembali pekerjaan disini dituntut adanya
kreativitas dari pekerja. Agar pekerjaan yang dilakukan dapat terlihat menjadi
lebih besar, bervariasi, dan kecakapan lebih luas. Dari situ pekerja juga dapat
mengoreksi pekerjaannnya sendiri. Karena dalam job enrichment dituntut kemampuan dari para pekerja sehingga mampu
memotivasi secara instrinsik, maka kemungkinan absensi dan perpindahan kerja
akan berkurang. Adanya motivasi tersebut membuat pekerja ingin melakukan yang
terbaik bagi pekerjaannya.
Contoh : Seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu
di suatu universitas ia juga dapat membantu anak-anak dibawah jenjang pendidikannya
untuk mengajar anak-anak tersebut dengan cara membuka tempat les atau tempat
untuk belajar.
2.
Langkah-Langkah dalam Redesign Pekerjaan Untuk
Job Enrichment
a. Menggabungkan
beberapa pekerjaan menjadi satu.
1) Menjadi
lebih besar
2) Lebih
bervariasi
3) Kecakapan
lebih luas
b. Memberikan
modul kerja untuk setiap pekerja.
c. Memberikan
kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
1) Kesempatan
mengatur prosedur kerja sendiri
d. Memberikan
kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
1) Orang-orang
yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
e. Menciptakan
sarana-sarana umpan balik.
1) Pekerja dapat memonitor koreksi diri.
3.
Manajemen
Ilmiah
a. Pekerjaan
disederhanakan secara dispesialisir.
b. Prosedur
pekerjaan yang efisien ditentukan oleh insinyur industri.
c. Para
pekerja diberikan instruksi untuk melaksanakan prosedur kerja.
Contoh : tahap
perakitan mekanis.
4.
Pertimbangan-Pertimbangan
Dalam Job Enrichment
a. Jika
pekerjaan terspesialisir dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi
secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan
meningkat.
b. Absensi-absensi
dan perpindahan kerja akan berkurang.
c. Dimensi
inti yang berkaitan dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja ( Hackman
dan Oldham ), yaitu :
1)
Keragaman
ketrampilan (skill variety)
Banyaknya
ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam
ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk memikirkan dan menggunakan cara menjual yang
berbeda, display (etalase) yang
berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan pencatatan penjualan.
2)
Jati
diri tugas (task identity)
Tingkat
sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat hasilnya
dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang. Tugas yang dirasakan
sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak
merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak puas. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang penjualan dan konsumen,
kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
3)
Tugas
yang penting (task significance)
Tingkat
sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain,
baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama
maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan
berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin mengeluarkan produk
panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari kriteria seperti apa
panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini. (tugas tersebut memberikan
kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil kerjanya nanti secara langsung
akan memberi manfaat kepada pelanggan)
4)
Otonom
Tingkat
kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian ketidaktergantungan dan
keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan
prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi
kebebasan, ketidaktergantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat
menimbulkan kepuasan kerja. Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu
karyawan untuk memperebutkan tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan
ide dan caranya sendiri untuk menarik perhatian klien . Karyawan diberi
kebebasan untuk mengatur sendiri waktu kerja dan waktu istirahat.
5)
Umpan
balik (feed back)
Memberikan
informasi kepada para pekerja tentang hasil pekerjaan sehingga para pekerja
dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja pekerjaan. Misalnya, dalam
menjual produk salesman didorong untuk mencari sendiri informasi, baik dari
atasan maupun dari bagian‑bagian
lain, mengenai segala hal yang berkaitan dengan jabatannya serta meminta
pendapat konsumen tentang barang‑barang
yang dijual, pelayanan, dll.
Jadi kondisi
psikologis kritis karyawan yang muncul karena adanya dimensi utama dalam tugas
akan mempengaruhi hasil kerja karyawan yang telah termotivasi secara internal.
Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job
enrichment tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir
positif.
Daftar
Pustaka
Edward
Hoffman. 1988. A Biography of Abraham Maslow. Los Angeles: Jeremy P. Tarcher.
Alwisol.
2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Jakarta: UMM.
Sarwono,
S.W. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Vroom,
VH dan Yetton, PW. (1973). Kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Pittsburg:
University of Pittsburg.
Nasikun.
(1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sarwono,
sarlito W. (2005). Psikologi social (psikologi kelompok dan psikologi terapan).
Jakarta : Balai Pustaka
P.Siagian,
Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka
Citra.
Sihotang.
A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya
Paramita.
Wirawan,
Sarlito. (2005).Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan).Jakarta :Balai Pustaka.
Sunyoto
Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar