Senin, 20 Juni 2016

Istilah-Istilah klinis

Istilah-Istilah klinis


1. Mental Health      =    terwujudnya keharonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi  jiwa  dan psikis(fungsi jiwa baik/ideal)

2. Mental Hygiene    =   Suatu upaya memelihara mental yang sehat dan mencegah mental yang tidak Sehat.
3. Control Study                        =
4. Faking study           =   Dalam test-test psikologi adanya kecurangan yang terjadi pada pemeriksaan kognitif yang menggunakan self report, untuk mencapai maksud tertentu (memperoleh pekerjaan, sekola dll), faking dapat berupa faking good dan faking bad. Keduanya dilakukan sengaja.
5.real life study         =   The Stanford penjara percobaan (SPE) adalah studi tentang psikologi efek menjadi tahanan atau penjara penjaga . Penelitian dilakukan di Stanford University dari 14-20 Agustus 1971, oleh tim peneliti yang dipimpin oleh profesor psikologi Philip Zimbardo . [1] Hal ini didanai oleh Kantor AS Naval Research [2] dan menarik bagi kedua Angkatan Laut AS dan Korps Marinir sebagai penyelidikan atas penyebab konflik antara penjaga militer dan tahanan. bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa ciri-ciri kepribadian yang melekat tahanan dan penjaga adalah penyebab utama perilaku kasar di penjara.

6.Analog study      =   Dengan mengacu pada penyelidikan yang mencoba untuk meniru atau mensimulasikan, di bawah dikendalikan kondisi , situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata.  Demikian itu adalah penelitian prosedur yang mempelajari perilaku yang menyerupai gangguan mental atau fitur terisolasi dari gangguan mental. Biasanya digunakan dalam situasi di mana penyidik berharap untuk mendapatkan eksperimental yang lebih besar kontrol atas independent variable.
7. Single case design = desain penelitian yang paling sering digunakan dalam bidang terapan psikologi, pendidikan, dan perilaku manusia di mana subjek berfungsi sebagai / control nya sendiri, daripada menggunakan individu lain / kelompok. Peneliti menggunakan desain single-subjek karena desain ini peka terhadap perbedaan organisme individu vs kelompok desain yang sensitif terhadap rata-rata kelompok. Sering kali akan ada sejumlah besar subyek dalam studi penelitian menggunakan desain single-subjek, namun-karena subjek berfungsi sebagai kontrol mereka sendiri, ini masih desain single-subjek. [1] Desain ini digunakan terutama untuk mengevaluasi efek dari berbagai intervensi dalam penelitian terapan. [2]
10. multiple baseline design
Ada tiga variasi dalam disain multiple baseline yaitu, disain multiple baseline cross variabel, cross kondisi, dan subyek. Disain multiple baseline merupakan disain yang memiliki validitas internal yang lebih baik dari pada disain yang lain. Prosedur dasar multiple baseline adalah pengumpulan data pada fase baseline secara simultan pada tiga atau lebih (variabel, kondisi, atau subyek). Prosedur dasar multiple baseline adalah pengumpulan data pada fase baseline secara simultan pada tiga atau lebih (variabel, kondisi, atau subyek) yang berbeda. Setelah data baseline dari ketiga variabel mencapai kecenderungan dan level yang stabil intervensi mulai diberikan kepada (variabel, kondisi, atau subyek) yang pertama. Jika target behavior (variabel, kondisi, atau subyek) yang pertama telah stabil dan mencapai kriteria tertentu, intervensi kemudian diberikan pada (variabel, kondisi, atau subyek) kedua sambil intervensi untuk (variabel, kondisi, atau subyek) pertama tetap dilanjutkan dan pada (variabel, kondisi, atau subyek) ketiga masih tetap dalam kondisi baseline. Setelah terget behavior untuk (variabel, kondisi, atau subyek) ke dua juga mencapai kriteria tertentu dan stabil intervensi untuk (variabel, kondisi, atau subyek) ke tiga mulai diberikan. Demikian selanjutnya sampai semua (variabel, kondisi atau subyek) mendapat intervesi. Dalam menggunakan disain multiple baseline ada 6 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) merumuskan tujuan sebelum memulai penelitian, (2) memberikan intervensi setelah data pada fase baseline menjadi stabil dan mencapai level tertentu, (3) memberikan intervensi pada fase baseline yang lain setelah fase intervensi pertama mencapai level tertentu, (4) menentukan tiga target atau lebih pada fase baseline, (5) mengupayakan agar ketiga fase baseline benar-benar independen terhadap satu dengan yang lain, dan (6) mengupayakan kondisi baseline yang sama untuk menghindari intervensi yang tidak konsisten.
11. unsystematic observation =  Dilakukan tanpa adanya persiapan yang sistematis atau terencana tentang apa yang akan diobservasi, karena peneliti tidak tahu secara pasti apa yang akan diamati. Dalam observasi ini, observer membuat rancangan observasi namun tidak digunakan secara baku seperti dalam observasi sistematik, artinya observer dapat mengubah objek observasi berdasarkan situasi lapangan.
12. controlled observation      =  Suatu observasi yang produser dan pelaksanaannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat-alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses control yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya sangat terperinci dan rancangannya sangat kompleks. Selain itu, biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan,terlebih dahulu diadakan simulasi-simulasi.
13. uncontrolled observation =   Sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan trhadap suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau pengontrolan kembali atas ketajaman hasil observasi tadi. Lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis beras pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks.
14. naturalistic observation  =    pengamatan yang bersifat tanpa adanya campur tangan atau memanipulasi percobaan. Para pengamat naturalistik lebih suka mengamati perilaku secara alami, tanpa campur ilmiah. Dalam aplikasinya pengamatan lansung dapat memberikan baik klien dan penilai berkesempatan untuk memilih tujuan pengobatan. Pengamatan langsung dari sampel perilaku juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas relative dari berbagai prosedur perawatan. Pengamatan naturalistik sangat berguna ketika aspek perilaku tidak bisa atau tidak harus dimanipulasi.
15. Placebo effect               =      ini mungkin lebih dikenal di dunia kedokteran dengan istilah hypnotherapy. Placebo effect adalah salah satu cara pengobatan di dunia kedokteran dengan cara memberikan sugesti kepada pasien agar rasa sakit yang diderita si pasien berkurang.
                                                    Placebo effect ini hanya bekerja dan berguna untuk mengurangi rasa sakit akibat penyakit, atau memberikan sugesti kepada orang-orang yang depresi, ketergantungan, kecanduan obat-obatan, dan lain sebagainya.
16. Efek Hawthorne          =       fenomena psikologis yang menghasilkan peningkatan perilaku manusia atau kinerja sebagai hasil dari peningkatan perhatian dari atasan, klien atau kolega.
17. Deception (penipuan) =        dalam penelitian psikologi hanya diperbolehkan apabila tidak ada cara lain untuk melakukan penelitian tersebut. beberapa peneliti member argumentasi bahwa penelitian mereka tidak akan menghasilkan jawaban yang natural apabila mereka mengetahui topik penelitian.
18. Confidentiality           =        pencegahan bagi mereka yang tidak berkepen-tingan dapat mencapai informasi . Secara umum dapat disebutkan bahwa kerahasiaan mengandung makna bahwa informasi yang tepat terakses oleh mereka yang berhak ( dan bukan orang lain), sama analoginya dengan e-mail maupun data-data perdagangan dari perusahaan.
19. Informel consent         =       Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah cukup.
20.  Narrowing Questions  =       yaitu mulai dengan mengajukan pertanyaan luas, kemudian disusul dengan pertanyaan yang lebih mendetail. Fungsinya adalah mengetahui sikap klien yang spontan atau yang sejujur-jujurnya.
21. Progressing Questions =       mulai dengan memberikan pertanyaan tentang suatu yang dekat dengan apa yang sesungguhnya ingin diketahui, kemudian menyusul pertanyaan yang secara progresif mengarah pada hal yang sesungguhnya ingin diketahui.
22. Embedding Questions =        ialah menyembunyikan pertanyaan yang lebih signifikan, ke dalam pertanyaan lain.
23. Leading Questions      =        memberikan pertanyaan yang terarah pada sesuatu yang ingin diketahui dengan cara yang hati-hati.
24. Pengertian Anamnesis =       suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
25. Diagnosa                =             proses melakukan pemeriksaan terhadap sesuatu dengan menggunakan cara dan teknik tertentu.
26. prognosa                =             peramalan dari kemungkinan dari suatu penyakit, sebuah perkiraan kemungkinan hasil akhir penyakit, baik dengan atau tanpa pengobatan.
27. test retest               =             Untuk melakukan uji reliabilitas kuesioner dengan teknik pengukuran berulang dilakukan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
28. internal consistency  =          hasil pengujian yang sama dengan menggunakan berbagai pernyataan-pernyataan membangun
29. Equivalent Forms     =          Sejauh mana seorang individu memperoleh skor yang sama pada setara, atau paralel, bentuk tes yang sama. (buku Ψ Klinis/google translate)
30. Split-Half                  =         Sejauh mana skor individu pada satu setengah dari tes (misalnya, item bernomor genap) yang mirip dengannya (laki-laki atau perempuan) skor pada setengah lainnya (misalnya, item ganjil). (buku Ψ Klinis/google translate)
31. Content Validity
      1) Validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
      2) Sejauh mana item wawancara memadai mengukur semua aspek konstruk yang diukur  (
32. Predictive Validity
  1) Validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang. (google)
       2) Bentuk validitas-kriteria yang terkait. sejauh mana skor wawancara berkorelasi dengan nilai pada langkah-langkah lain yang relevan diberikan di beberapa titik di masa depan. (buku Ψ Klinis/google translate)
33. Construct Validity
 1)  Validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu  pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran. (google)
      2)  Sejauh mana skor wawancara berkorelasi dengan langkah-langkah lain atau perilaku dalam cara yang logis dan secara teoritis konsisten. Untuk membangun valid, wawancara harus menunjukkan semua aspek validitas. (buku Ψ Klinis/google translate)
34. Concurrent Validity
         1) Validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja. (google)
         2)  Bentuk validitas-kriteria yang terkait. sejauh mana skor wawancara berkorelasi dengan nilai pada langkah-langkah lain yang relevan diberikan pada saat yang sama. (buku Ψ Klinis/google translate)


Review Jurnal kualitatif

Review Jurnal psikologi

I.   A. Judul Penelitian
 Jurnal penelitian kualitatif
    B. Nama Penulis
  Olivia M, Kaparang
    C. Nama Jurnal
  Analisi Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya  Pop Korea Melalui Televisi     (studi pada siswi SMA Negri 9, Manado)
D. Tahun dan penerbit 
“Acta Diurna”. Vol. II/No.2/2013

II. Tujuan penulisan
       Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis gaya hidup remaja SMA Negri 9, Manado dalam mengimitasi budaya pop korea melalui televisi

III. Latar Belakang Masalah
Sehubung dengan perkembangan zaman, teknolgi masa kini juga semakin berkembang pula terutama di zaman globalisasi ini. Globalisasi membuat interaksi antara seluruh warga dunia menjadi bebas dan terbuka seolah-olah batasan-batasan suatu Negara menjadi sempit dan salah satu dampak dari globalisasi adalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi ini pun tampaknya semakin memudahkan kita dalam berbagai bidang terlebih dalam bidang telekomunikasi. Kita dapat dengan mudah dan cepat memperoleh informasi baik dari dalam negri maupun luar negri. Hal ini membuat seakan-akan tidak ada lagi batasan-batasan dalam berbagi informasi antar manusia.
Tak hanya berbagi informasi yang dapat disebarkan dengan cepat melalui hadirnya berbagi teknologi telekomunikasi yang mutakhir tersebut, budaya pun dapat dengan mudah disebarkan keseluruh dunia. Hal ini berkaitan dengan globalisasi budaya dimana pernyataan ini dapat dikatakan sebagai suatu gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu dari suatu Negara keseluruh dunia sehingga menjadi budaya dunia atau world culture.
Salah satu budaya yang tengah mempengaruhi berbagai Negara adalah budaya pop Korean atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-POP/Hallyu wave/Korean wave. Indonesia pun terikut imbas penyebaran budaya ini terutama dikerenakan Indonesia merupakan Negara berkembang yang sudah dipengaruhi Negara-negara maju penyebaran budaya korea ini juga terbentuk dengan berbagai media masa yang giat memperkenalkan budaya tersebut dan salah satu media massa yang intensif dalam menyebarkan budaya ini adalah televisi. Hamper setiap hari kita dapat menonton acara-acara yang berhubungan dengan budaya pop Korean ini dihampir seluruh stasiun televise.
Ketertarikan akan budaya ini pun semakin meningkat terutama dikalangan remaja, secara  khusus dikalangan remaja SMA Negri 9, manado. Berawal dari melihat berbagai berita di media massa, mereka mulai mengumpulkan informasi mengenai budaya tersebut dan akhirnya mulai mengimitasi budaya tersebut kedalam gaya hidup keseharian mereka. Dapat dikatakan terjadi pergeseran dalam mengaktualisasikan nilai budaya Indonesia ke budaya pop Korean dimana budaya tersebut belum tentu sesuai dengan budaya kita dan tekesan semakin melupakan budaya bangsa sendiri.   

IV. Tinjuan Pustaka
Konsep tentang gaya hidup
“Gaya Hidup adalah cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitar nya”. (Plummer, 1983)
Jadi gaya hidup dapat dikatakan suatu pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minta, dan opini nya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungan nya.  Menurut chaney (dalam subandy, 1997), ada beberapa bentuk gaya hidup antara lain :
a.       Industri gaya hidup
b.      Iklan gaya hidup
c.       Public relation dan journalism gaya hidup
d.      Gaya hidup mandiri
e.       Gaya hidup hedonis
Menurut pendapat amstrong (dalam nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari prilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunkan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan dan penetuan kegiatan-kegiatn tersebut. Lebih lanjut amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang bersal dari luar individu (eksternal). Faktor imternal yaitu pengalaman, sikap, pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan presepsi. Sedangkan faktor luar terdiri dari kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
Konsep Remaja
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun (sarwono, 1997). Monks berpendapat bahwa secara global masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (monks, 2002). Sedangkan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Batasan usia ntersebut didasarkan atas dasar kesuburan wanita yang berlaku juga untuk pria.
Konsep Imitasi
Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi sikap menerima dan mengagumi apa yang di imitasi . untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi. Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang di imitasi itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi dengan apa yang di imitasi itu karena itu imitasi berlangsung dengan sendiri nya.
Konsep Budaya Pop korean
  Kata “pop” di ambil dari kata populer  yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dikenal dan disukai orang banyak atau umum. Untuk istilah populer, Williams memberikan empat makna yaitu banyak disukai orang, jenis kerja rendahan, kerja yang dilakukan untuk menyenangkan orang, dan budaya yang memang dibuat oleh orang untuk diri nya sendiri (Williams, 1983:90)
Menurut beberapa definisi dari kata “Budaya” dan “popular” di atas, dapat diseimpulkan bahwa budaya populer adalah suatu kebudayaan yang sudah berkembang atau suatu pandangan hidup, praktik, dan karya yang disukai oleh orang banyak.
Budaya popular korea diantara nya adalah sinetron/drama tv korea (contoh: full house, you’re beautiful, boys before flower dll), film korea (contoh : my sassy girl, marrying the mafia, dll)
Konsep Televisi
Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa yunani dan visio (pengelihatan) dari bahsa latin sehingga televisi diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/pengngelihatan. Penggunaan kata “televise” sendiri juga dapat merujuk kepada “kota televise”, “acara televise” atau “transmisi televise” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia televise artinya adalah 1) sistem penyiran gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melaui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar; 2) pesawat penerimaan gambar siaran televise.
Konsep Teori Modeling
  Teori modeling teori ini merupakan aplikasi dari teori belajar social yang dikemukakan oleh albert bandura (1986), seorang psikolog dari kanada. Menurut teori belajar sosial orang belajar dari orang lain melaui observasi, peniruan, dan permodelan. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita juga dapat menggunakan seorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagi model.
Kaitan teori modeling dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah salah atu efek dari media massa adalah terjadinya pengimitasian yang dilakukan pemirsa yang didasarkan apa yang dilihat di media massa. Dalam hal ini, efek dari tayangan televise yang berhubungan dengan budaya pop Korean menarik perhatian pemirsa di kalangan remaja sehingga terjadilah pengimitasian. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka teori modeling dapat menjelaskan bagaimana remaja SMA 9, Manado mengimitasi budaya pop korea yang tengah populer kedalam gaya hidup mereka sehari hari dimana saat ini budaya Korean tengan menjadi role model mereka.      
        
V. Metode Penelitian 
- Jenis/ Metode Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menentukan informasi dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dimana informasi dipilih dalam pertimbangan dan tujuan tertentu
- Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara mendalam serta observasi langsung serta beberapa artikel-artikel dari majalah/Koran/internet yang kemudian data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif kualitatif
VI. Hasil Penelitian
Sebagian informasi menyatakan bahwa mereka mengikuti perkembangan budaya pop korea melalui televisi bahkan merekapun mengetahui waktu penayangan untuk acara-acara korea tersebut. Hal ini pula sesuai dengan praktek hidup dan gaya mereka yang mengadopsi sekaligus mengoleksi semua hal yang berhubungan dengan budaya pop korea. Selain itu salah satu informasi menyatakan bahwa ia lebih sering mengikuti perkembangan budaya pop korea melalui internet yang menurutnya lebih cepat menampilkan berbagai informasi baru tentang budaya pop Korean.dapat dikatakan mereka lebih mengikuti perkembangan budaya luar dibandingkan budaya sendiri.
Pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak pun terlihat kurang direspon dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan frekuensi serta durasi menonton acara korea melalui televisi yang di kemukakan oleh para informasi. Sebanyak 50% informan menyatakan bahwa mereka menonton acara korea dalam seminggu adalah kurang dari 4 kali, dan untuk frekuensi menonton acara korea dalam seminggu lebih dari 4 kali adalah sebanyak 40%, sedangkan 10% menyatakan tidak tahu pasti seberapa sering ia menonton acara korea melalui televisi dikarenakan ia lebih memilih streaming melalui internet. Untuk frekuensi menonton acara korea melalui televisi dalam sehari, 40% informan menyatakan bahwa mereka menghabiskan waktu sebanyak 5 kali, sedangkan masing-masing 30% informan menyatakan dapat menghabiskan kurang dari 3 kali dan 3-5 kali untuk menonton acara tersebut sedangkan frekuensi untuk menonton acara korea melalui televisi per jamnya dalam sehari, 60% informan menyatakan bahwa mereka menghabiskan waktu lebih dari 4 jam dalam sehari dan 40% informan menyatakan bahwa mereka menghabiskan waktu 2-4 jam dalam sehari untuk menonton nya.
Semua data hasil penelitian tersebut menampilkan bagaimana budaya pop korea menjadi incaran kaum muda kita. Mungkin mereka akan menjelaskan dengan gaya dan pemahaman mereka tentang apa yang sementara mereka gemari dan hidupi dalam keseharian hidup. Namun di sisi lain tampak jelas mereka mulai meninggalkan budaya Indonesia sebagai pegangan dalam hidup keseharian. Mereka lebih memperjuangakan budaya lain dari pada budaya sendiri. Kepercayaan tinggi dan motivasi tinggi serta pengakuan positif dari masyarakat dan kalangan keluarga akan sangat membantu mereka untuk lebih tumbuh dalam menghidupi budaya bangsa lain.          

VII. kelebihan dan kelemahan
-          Kelebihan : membantu kita mempelajari budaya lain sebagai sebuah kekayaan informasi dan panutan dalam hidup

-          Kekurangan : proses pengimitasian dari remaja yang berlebihan dapat membuat terjadinya sebuah pergeseran budaya dimana budaya sendiri menjadi hal yang aneh bagi anak bangsa sedangkan budaya luar menjadi santapan lezat bagi para remaja

Review Jurnal Eksperimen

Review Jurnal psikologi

I.   A. Judul Penelitian
 Jurnal penelitian kuasi eksperimen
    B. Nama Penulis
  Agus Darma Putra, Ni Ketut Suarni, dan Dewi Arum
    C. Nama Jurnal
  Efektifitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Modeling Untuk Mengoptimalkan Penyesuaian Diri Siwa Kelas X SMK Negri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014
D. Tahun dan penerbit 
Universitas Pendidikan Ganesha singaraja, Indonesia
Tahun 2014

II. Tujuan penulisan
       Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas konseling behavioral dengan teknik modeling untuk mengoptimalkan penyesuaian diri siswa kelas X SMK 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.

III. Latar Belakang Masalah
Perkembangan individu adalah proses yang dialami oleh individu atau seseorang secara fisik dan psikis yang sifatnya dinamis mengarah kepada perubahan yang lebih baik (Suarni, 2009:1). Perubahan fisik individu berupa semakin optimalnya funsi fisik seperti kaki, tangan, dan muluit dalam berbicara, sementara perubahan psikis seperti meningkatnya kecerdasan, lebih mandiri dan sebagainya. Perkembangan yang idea adalah ketika individu mampu menyelesaikan setiap tugas perkembangan dengan baik dan mencapai kematangan secara psikis yang di manipestasikan dalam sikap individu itu sendiri.
Kematangan sikap individu dapat terealisasi dengan pemberian pendidikan, pendidikan adalah proses pelatihan dan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik guna untuk mengembangkan kecerdasan dan pematangan sikap individu. Undang-undang system pendidikan nasional yaitu UU No.20  Th. 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa Negara. Ada dua aspek pokok yang menjadi tantangan individu dalam penyesuaian diri yakni tuntutan-tuntutan dari dalam diri yang disebut penyesuaian pribadi dan tuntutan-tuntutan dari lingkungan sosialnya yang disebut penyesuaian sosial apabila individu mapu mengharmonisasikan atau menyelarsakan kedua penyesuain itu yang direalisasikan melalui aktualisasi diri dan interaksi sosial yang baik maka individu sudah dapat dikatakan dapat melakukan penyesuaian diri.
Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk mengenali dirinya secara utuh dan menerima keadaan dirinya baik kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh diri nya serta diberdayakan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang di tanamkan oleh diri nya sendiri. Menurut Hurlock (1978) penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan kepada kelompoknya pada khususnya. Yang dimaksud efesien adalah menghemat tenaga dan waktu dalam melakukan respon terhadap stimulus dari dalam diri maupun lingkunga sosial dengan hal ini orang yang telah mampu memberdayakan diri nya dengan melakukan penyesuaian diri yang baik adalah orang yang telah belajar memahami dan berinteraksi dengan diri nya sendiri dan lingkungan sosialnya dengan cara-cara matang, efesien, memuaskan dan sehat serta mampu mengatasi konflik mental.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri di pengaruhi oleh faktor situasi dan nilai-nilai. Faktor situasi dimaksud penyesuaian diri  dan bagaimana penilaian orang lain mengenai baik nya penyesuaian diri tergantung pada situasi seperti apa individu melakukan penyesuaian dirinya, dapat wajar pada satu situasi, tetapi tidak wajar pada situasi yang lain. Namu tidak banyak orang yang mampu memperdayakan dirinya mengembangkan penyesuaian yang baik (well adjusted person) hal ini sering dikenal dengan istilah maladjustment (penyesuain diri yang kurang baik) yang menunjukan ketidakmampuan individu memberikan respon yang memuaskan, efektif, dan efesien terhadap suatu stimulus dan keadaan tertentu. Timbul nya maladjustment dikarenakan penyesuaian pribadi yang kurang atau penyesuaian pribadi yang kurang atau penyesuaian sosial yang tidak optimal.
Seperti di SMK Negri 2 Singaraja, masih banyak siswa yang menunjukan perilaku maladjustment. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan pada saat melakukan PLBKS (Praktik lapangan bimbingan konseling disekolah). Banyak gejala-gejala yang dapat diperhatikan disekolah dari perilaku yang menunjukan perilaku maladjustment seperti siswa yang suka meneyndiri dikelas dan dikucilkan dari kelompok yang menunjukan kematangan social yang kurang, berkelahi karena saling sindir kejadian ini di temukan pada bulan ke 3 PLBKS. Ada siswa yang mau disuruh-suruh temanya untuk mengerjakan tugasnya yang menunjukan siswa terkait belum mampu menunjukan kematangan intelektualnya yang mengarah pada sikap asertif.
Tentu untuk mengembangkan sikap penyesuaian diri yang baik well adjusted person perlu bantuan untuk siswa untuk mengatasi permasalah-permasalahan penyesuaian personal dan social yaitu salah satunya dengan pelayanan bimbingan konseling. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada siswi atau siswa dengan membahas suatu topic permasalahan remaja yang sifat nya mencegah. Dan koseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakuakan oleh konselor kepada konseli secara tatap muka dengan prosedur dan teknik yang  tepat sehingga konseli mampu memberdayakan dirinya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang di alami. Sesuai dengan pembelajaran sebelumnya yang menjelaskan penyesuaian diri adalah suatu bentuk tingkah laku. Maka dari itu untuk mengoptimalkanya di butuhkan terapi prilaku pula yaitu dengan memberikan konseling behavioral.
Konseling behavioral adalah terapi tingkah laku yang merupakan proses pemberian bantuan kepada konseli atau siswa menciptakan tingkah laku yang baru dan mengharuskan tingkah laku maladaptif serta mengembangkan dan mempertahankan tingkah laku baru yang telah dibentuk (corey, 1999). Konseling behavioral ditandai dengan pendekatan pemusatan perhatian tingkah laku yang tampak dan spesifik, kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatmen, perumusan prosedur treatmen yang spesifik sesuai dengan masalah dan penafsiran objektif atas hasil-hasil terapi.
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan tingkah laku yang dapat dipelajari melalui mengamati individu lain yang menunjukan perilaku penyesuaian diri yang baik. Hal ini sesuai dengan pengaruh dari modeling dengan menunjukan respon baru terhadap stimulus yang di tunjukan dengan dan diperlihatkan dalam perilaku yang baru yang lebih efektif. Bedasarkan permasalahan tersebut, dapat dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan, apakah konseling behavioral dengan tekinik modeling efektif untuk mengoptimalkan penyesuaian diri siswa kelas X SMK 2 singaraja?.  
                                         
IV. Metode Penelitian 
- Jenis/ Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen, karena desain ini merupakan desain yang lebih kuat dari desain pra-eksperimen dan lebih lemah dari desain eksperimen murni, pengambilan sampel dilakukan menggunakan Teknik yang digunakan untuk menentukan informasi dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dimana informasi dipilih dalam pertimbangan dan tujuan tertentu.

V. Hasil Penelitian
Bedasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah di lakukan dan dipaparkan pada BAB sebelumnya, maka secra garis besar dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji hipotesis menggunakan hasil analisis t-test di peroleh thitung = 5,09 dan ttabel dengan db = 18 dan taraf signifikan 0,05 atau 5% adalah 2,101 dengan demikian diperoleh perhitungan thitung > ttabel (5,09 > 2,101) dan hasil nilai posttest kelompok control. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternative diterima dengan kata lain “konseling behavioral dengan teknik modeling efektif mengoptimalkan penyesuaian diri siswa kelas X SMK Negri 2 singaraja tahun pelajaran 2013/2014”
Bedasarkan kesimpulan yang telah didapatkan, bagi guru pembimbing atau guru BK penting untuk direkomendasikan hasil penelitian ini untuk mengoptimalkan penyesuaian siswa lainnya. Guru BK atau guru pembimbing merupakan model dan pelak sana yang memilikikompetensi untuk melakukan pelayanan bimbingan konseling yang berlandaskan teori konseling behavioral dengan menggunakan teknik modeling secara berjenjang.  
     
VI. kelebihan dan kelemahan
-          Kelebihan : karena dalam penelitian ini menggunakan metode desain kuasi eksperimen maka hasil nya akan lebih kuat dari desain pra-eksperimen

-          Kekurangan : tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan metode desain kuasi eksperimen maka hasil juga akan terlihat lemah jika dibandingkan dengan desain eksperimen murni.

Analisis Kasus Psikologi

Analisis Kasus psikologi

DERITA FIRMAN DIANIAYA ORANG TUA

Satu kasus penganiayaan anak terungkap di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Firman Andika Frasya mengaku dipukuli ibu kandung dan ayah tirinya sendiri. Mengapa kekerasan pada anak mesti terjadi lagi? 

Tubuh Firman Andika Frasya termasuk kecil untuk ukuran anak usia tujuh tahun. Kulitnya putih, sepasang lesung dan bulu-bulu mata yang lentik, membuatnya tampak sangat menggemaskan. Kamis (1/9) siang itu, ia baru saja pulang dari sekolah. Masih mengenakan seragam merah putih lengkap dengan topi, siswa kelas satu SDN Pasir Angin I, Megamendung, Bogor, ini berjalan sedikit pincang. 

Begitu sosok mungilnya diperhatikan, segala kelucuannya itu seakan pudar. Ia lebih sering diam memegangi pipi kirinya yang memar. Bukan hanya itu, di leher Firman juga ada tiga bekas sundutan rokok yang mulai mengering. Tangan, paha dan kakinya pun penuh bekas luka. Saat seragam putihnya dibuka, sekujur tubuhnya juga penuh luka. Yang memilukan, semua luka itu akibat "pelajaran" dari ibu kandungnya, Hernaningsih (34) dan ayah tirinya H. Sulaiman (55). 

Sambil melepas tas ranselnya, Firman duduk di ruangan Kapolsek Megamendung. Dengan gaya polos seorang bocah, ia bercerita sudah sering kali dianiaya orang tuanya di rumahnya, Kampung Pasir Angin Rt 03/06, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. "Firman enggak tahu kenapa dipukulin. Setiap hari Mama dan Papa pasti mukul Firman," tuturnya datar menatap lantai. 

Sejak Firman berusia satu tahun, orang tuanya bercerai. Sesuai kesepakatan hak asuh, ia ikut ayahnya, Muhidin. Selanjutnya, ia dirawat sang nenek di Caringin. Sementara kakaknya, Ilyas (12), ikut ibunya. Dua bulan lalu, dengan alasan mulai masuk sekolah, Firman ikut dengan Hernaningsih yang sudah menikah lagi dengan Sulaeman, duda enam anak. 

Sejak itulah penderitaan Firman dimulai. Tak sedikit pun kasih sayang tercurah padanya, apalagi Hernaningsih sudah memiliki bayi lagi dari hasil pernikahannya dengan Sulaeman. Firman mengaku hampir tiap hari dipukul dengan alasan suka mencuri dan nakal. "Kalau dipukul enggak boleh nangis, setiap nangis ditambah lagi pukulannya. Sakit banget kalau dipakai jalan. Tapi ditahan aja," katanya. 

Tiap hari Firman juga harus bangun jam lima pagi untuk mencuci baju sendiri. "Terus Firman ngepel, nyapu, dan bebenah rumah. Kalau bangun kesiangan, langsung dipukulin pake sapu. Mama dan Ilyas duduk-duduk aja. Papa sih pergi kerja," tuturnya. 


DITUDUH MENCURI 

Minggu (28/8) kembali Firman mendapat "pelajaran". Kali ini, ia dituduh mencuri uang. Hernaningsih memukuli badan dan wajah Firman bertubi-tubi menggunakan sarung golok yang terbuat dari kayu dan gagang sapu hingga patah. Melihat kemarahan istrinya, bukannya menolong, H Sulaeman malah menyundut Firman dengan rokok. 

Begitu sakitnya, Firman sampai menjerit-jerit. Ratapannya membuat iba tetangga sekitar rumahnya. Saat melihat kondisi Firman yang babak belur, seorang warga bernama Enoh Bin Upon, diam-diam melapor ke Polsek Megamendung. Selain Enoh, guru sekolah Firman yang melihat anak didiknya babak-belur, juga lapor polisi. 

Laporan itu segera ditanggapi petugas. Senin (29/8) siang, Firman dibawa ke Polsek Megamendung, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Melihat kondisinya yang sudah demikian parah, Firman segera dilarikan ke RS Ciawi untuk mendapat pengobatan. Diagnosis dokter, Firman mengalami penganiayaan. 

Kini, Firman tinggal bersama Rina, orang tua murid tempat Firman sekolah. Firman pun merasa jauh lebih nyaman. "Firman senang tinggal sama Mama Rina. Habis dia enggak galak. Kalau Mama yang dulu (Hernaningsih), suka mukulin pakai sarung golok." 

Polisi juga menangkap Hernaningsih dan H. Sulaeman. Mereka beralasan memukuli Firman karena sering mencuri uang. Apa pun dalih mereka, Kapolsek Megamendung, Iptu Drs. M. Suprayogi tetap memproses. Suami-istri ini diancam pasal 80 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tetang Perlindungan Anak. "Ancaman hukumannya 15 tahun penjara atau ganti rugi Rp 100 juta," tutur Suprayogi. 

Analisi kasus


            Menurut saya teknik konseling yang sesuai untuk orang tua firman adalah teknik konseling behavioral, ini dikarenakan seharusnya anak akan merasa aman jika berada didekat orang tua. Orang tua yang normal akan menjaga anak nya sebaik mungkin tetapi tidak dengan orang tua firman yang selalu menyiksa firman prilaku oarng tua firman yang tidak seperti orang tua pada umum nya menurut saya dapat diubah dengan teknik konseling behavioral karena pada teknik ini

Minggu, 05 Juni 2016


Tugas Softskill (Kunjungan Perpustakaan Nasional RI)

Nama         : Marsait ependi
Kelas          : 1pa14
NPM          : 1B514818




Pada sabtu tanggal 25-05-2016 adalah hari dimana saya merencanakan untuk berkunjung ke perpustakaan nasional (PERPUSNAS) ke datangan saya ke sana bertujuan untuk mencari salah satu buku yang menyangkut dengan bahan penulisan saya  dan ke datangan saya ke sana juga bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas di mana saya diwajibkan mengunjungi beberapa tempat dan dari kunjungan tersebut kami wajib menceritakannya diblog kami.

Perpusnas terletak di jl. Salemba raya no: 28A, Senen, daerah khusus ibu kota Jakarta sebenarnya perpusnas juga ada di Jl. Merdeka selatan no: 11, Jakarta pusat. Sebenarnya saya juga ingin berkunjung ke perpusnas yang berada di jl. Merdeka Selatan tetapi perpusnas tersebut dalam tahap renovasi jadi untuk sementara saya tidak bisa berkunjung kesana. Padahal perpusnas tersebut adalah perpus terbuka, di mana kita dapat mengambil buku sendiri.

Untuk pergi kesana saya menggunakan sepeda motor perjalan dari rumah saya memakan waktu kira-kira 45 menit untuk sampai di sana. Setelah saya sampai disana saya bergegas memarkirkan kendaraan yang saya bawa di erae parker perpusnas, karena cuaca yang sangat panas saya bergegas untuk masuk ke dalam gedung perpusnas, gedung perpusnas sendiri terbagi menjadi lima gedung yaitu A, B, C, D, dan E untuk gedung perpustakaan berada di gedung C





Tepat berhadapan dengan pintu masuk terdapat lukisan dinding yang cukup besar saya juga kurang paham arti dari lukisan tersebut, yang saya lihat terdapat tulisan semacam sajak dan beberapa gambar penari serta perahu. Lukisan ini terbuat dari batu dengan menggunakan seni pahatan sehingga gambar dan tulisan Nampak timbul.
Di depan lukisan besar terdapat juga berbagai macam lukisan yang kecil jumlah nya mungkin belasan berbagai macam lukisan terpang di depan lukisan yang besar tersebut.



Di lantai bawah ini juga terdapat kios buku dan beberapa etalase buku di samping pintu masuk dari ruang kios buku tersebut. Di etalase tersebut terdapat salah satu buku tentang raden ajeng kartini.


Selain terdapat kios buku pada lantai satu ini pihak perpusnas juga menyediakan Hotspot jadi bagi pengunjung yang ingin browsing untuk mencari ilmu pengetahuan lewat internet bisa memakai Hotspot yang telah disediakan oleh pihak perpusnas



Untuk masuk ke lantai dua kita harus menggunakan kartu akses, kartu akses itu berupa kartu anggota perpusnas jadi yang belum mempunyai kartu anggota di haruskan membuat kartu anggota perpusnah terlebih dahulu untuk membuat kartu anggota pihak perpusnas telah menyediakan computer yang berguna untuk mengisi berbagai informasi yang dibutuhkan dalam membuat kartu keanggotaan perpusnas, setelah mengisi informasi yang di minta kita akan mendapat nomor keanggotaan. Nomor keanggotaan tersebut kita catat di kertas selembar beserta nama kita dan kita berikan pada petugas keanggotaan setelah itu di lanjutkan dengan foto  diruang keanggotaan tersebut setelah itu kita tinggal menunggu kartu keanggotaan kita dicetak oleh petugas untuk menggurus kartu keanggotaan tidak dibutuhkan waktu yang lama.


Setelah kita selesai membuat kartu anggota kita juga di wajibkan mengisi buku tamu, di perpusnas tersebut telah disediakan computer khusus untuk mencatat tamu atau pengunjung yang datang kesana karena zaman telah maju megisi buku tamu pun kita sudah tidak menulis di buku yang biasa tapi kita menulis di computer yang khusus untuk mencatat pengunjung yang datang kesana berikut foto computer yang khusus di gunakan untuk mencatat tamu yang datang.


Karena di perpusnas ini kita tidak diperbolehkan membawa tas, maka pihak perpusnas menyediakan loker-loker untuk kita menyimpan tas dan barang bawaan kita yang boleh kita bawa hanya alat tulis, dompet dan hp selebihnya barang harus di taruh di loker. Setelah menaruh tas saya pun langsung menaiki lift untuk untuk naik ke lantai 2. Sesampain nya dilantai 2 saya mencari buku yang saya ingin cari melalui buku katalog online, dilantai dua ini sudah disediakan banyak buku katalog online ini agar ketika pengunjung sedang banyak tidak terjadi antrian pengunjung yang ingin mencari buku di katalog online tersebut. Oleh karena itu pihak perpusnas memberikan buku katalog online dengan jumlah lumayan banyak. Dalam buku katalog tersebut kita tidak bisa melihat isi dari buku yang kita cari, kita hanya dapat melihat cover buku, judul buku, penerbit, pengarang, tahun terbit, lokasi buku disimpan dan nomor panggil dari buku tersebut.



Setelah kita menemukan buku yang kita cari di buku katalog kita wajib mencatat nama pengarang buku tersebut, lokasi buku, nomor panggil, judul buku, pengarang, nomor anggota kita, dan tanggal kunjungan pada bon permintaan. Bon permintaan tersebut bisa kita ambil di depan meja piket layanan katalog. Berikut adalah contoh bon permintaan.



Karena buku yang saya cari ada di lantai 3 maka saya bergegas menuju lantai 3 dengan menggunakan lift, sesampai nya saya di lantai 3 saya langsung memberikan bon permintaan ke petugas saya mendapatka 2 buku yang saya akan baca. Sebelum saya adapat buku pinjamanya saya terlebih dahulu harus menulis buku tamu kembali dan menyerahkan kartu anggota saya sebagai jaminan. Setelah saya mendapat buku yang saya ingin baca saya pun bergegas duduk di menja yang ada di ruangan tersebut buku yang saya pinjam adalah buku tentang psikologi sosial, di buku tersebut saya membaca tentang  Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi. Locus of Control merupakan variable yang saya cari untuk melengkapi penulisan ilmiah saya.




Tidak terasa saya pun sudah satu jam membaca kedua buku tersebut, terasa bahan tulisan untuk penulisan ilmiah yang saya cari sudah cukup saya pun segera mengembalikan buku tersebut ke petugas piket katalog dan mengambil kartu anggota saya kembali. Setelah itu saya turun ke lantai 1 untuk mengambil tas yang saya taruh di loker perpusnas, setelah saya mengambil tas saya pun bergegas untuk keluar perpusnas dan menuju parkiran kendaraan untuk mengambil motor yang saya parkirkan di area parkiran perpusnas. 


Saya mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada pembacayang sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya ini saya mohon maaf jika tulisan yang saya buat terdapat kesalahan kata atau banyak kekurangan. Semoga tulisan yang saya buat dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian