Senin, 20 Juni 2016

Istilah-Istilah klinis

Istilah-Istilah klinis


1. Mental Health      =    terwujudnya keharonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi  jiwa  dan psikis(fungsi jiwa baik/ideal)

2. Mental Hygiene    =   Suatu upaya memelihara mental yang sehat dan mencegah mental yang tidak Sehat.
3. Control Study                        =
4. Faking study           =   Dalam test-test psikologi adanya kecurangan yang terjadi pada pemeriksaan kognitif yang menggunakan self report, untuk mencapai maksud tertentu (memperoleh pekerjaan, sekola dll), faking dapat berupa faking good dan faking bad. Keduanya dilakukan sengaja.
5.real life study         =   The Stanford penjara percobaan (SPE) adalah studi tentang psikologi efek menjadi tahanan atau penjara penjaga . Penelitian dilakukan di Stanford University dari 14-20 Agustus 1971, oleh tim peneliti yang dipimpin oleh profesor psikologi Philip Zimbardo . [1] Hal ini didanai oleh Kantor AS Naval Research [2] dan menarik bagi kedua Angkatan Laut AS dan Korps Marinir sebagai penyelidikan atas penyebab konflik antara penjaga militer dan tahanan. bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa ciri-ciri kepribadian yang melekat tahanan dan penjaga adalah penyebab utama perilaku kasar di penjara.

6.Analog study      =   Dengan mengacu pada penyelidikan yang mencoba untuk meniru atau mensimulasikan, di bawah dikendalikan kondisi , situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata.  Demikian itu adalah penelitian prosedur yang mempelajari perilaku yang menyerupai gangguan mental atau fitur terisolasi dari gangguan mental. Biasanya digunakan dalam situasi di mana penyidik berharap untuk mendapatkan eksperimental yang lebih besar kontrol atas independent variable.
7. Single case design = desain penelitian yang paling sering digunakan dalam bidang terapan psikologi, pendidikan, dan perilaku manusia di mana subjek berfungsi sebagai / control nya sendiri, daripada menggunakan individu lain / kelompok. Peneliti menggunakan desain single-subjek karena desain ini peka terhadap perbedaan organisme individu vs kelompok desain yang sensitif terhadap rata-rata kelompok. Sering kali akan ada sejumlah besar subyek dalam studi penelitian menggunakan desain single-subjek, namun-karena subjek berfungsi sebagai kontrol mereka sendiri, ini masih desain single-subjek. [1] Desain ini digunakan terutama untuk mengevaluasi efek dari berbagai intervensi dalam penelitian terapan. [2]
10. multiple baseline design
Ada tiga variasi dalam disain multiple baseline yaitu, disain multiple baseline cross variabel, cross kondisi, dan subyek. Disain multiple baseline merupakan disain yang memiliki validitas internal yang lebih baik dari pada disain yang lain. Prosedur dasar multiple baseline adalah pengumpulan data pada fase baseline secara simultan pada tiga atau lebih (variabel, kondisi, atau subyek). Prosedur dasar multiple baseline adalah pengumpulan data pada fase baseline secara simultan pada tiga atau lebih (variabel, kondisi, atau subyek) yang berbeda. Setelah data baseline dari ketiga variabel mencapai kecenderungan dan level yang stabil intervensi mulai diberikan kepada (variabel, kondisi, atau subyek) yang pertama. Jika target behavior (variabel, kondisi, atau subyek) yang pertama telah stabil dan mencapai kriteria tertentu, intervensi kemudian diberikan pada (variabel, kondisi, atau subyek) kedua sambil intervensi untuk (variabel, kondisi, atau subyek) pertama tetap dilanjutkan dan pada (variabel, kondisi, atau subyek) ketiga masih tetap dalam kondisi baseline. Setelah terget behavior untuk (variabel, kondisi, atau subyek) ke dua juga mencapai kriteria tertentu dan stabil intervensi untuk (variabel, kondisi, atau subyek) ke tiga mulai diberikan. Demikian selanjutnya sampai semua (variabel, kondisi atau subyek) mendapat intervesi. Dalam menggunakan disain multiple baseline ada 6 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) merumuskan tujuan sebelum memulai penelitian, (2) memberikan intervensi setelah data pada fase baseline menjadi stabil dan mencapai level tertentu, (3) memberikan intervensi pada fase baseline yang lain setelah fase intervensi pertama mencapai level tertentu, (4) menentukan tiga target atau lebih pada fase baseline, (5) mengupayakan agar ketiga fase baseline benar-benar independen terhadap satu dengan yang lain, dan (6) mengupayakan kondisi baseline yang sama untuk menghindari intervensi yang tidak konsisten.
11. unsystematic observation =  Dilakukan tanpa adanya persiapan yang sistematis atau terencana tentang apa yang akan diobservasi, karena peneliti tidak tahu secara pasti apa yang akan diamati. Dalam observasi ini, observer membuat rancangan observasi namun tidak digunakan secara baku seperti dalam observasi sistematik, artinya observer dapat mengubah objek observasi berdasarkan situasi lapangan.
12. controlled observation      =  Suatu observasi yang produser dan pelaksanaannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat-alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses control yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya sangat terperinci dan rancangannya sangat kompleks. Selain itu, biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan,terlebih dahulu diadakan simulasi-simulasi.
13. uncontrolled observation =   Sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan trhadap suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau pengontrolan kembali atas ketajaman hasil observasi tadi. Lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis beras pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks.
14. naturalistic observation  =    pengamatan yang bersifat tanpa adanya campur tangan atau memanipulasi percobaan. Para pengamat naturalistik lebih suka mengamati perilaku secara alami, tanpa campur ilmiah. Dalam aplikasinya pengamatan lansung dapat memberikan baik klien dan penilai berkesempatan untuk memilih tujuan pengobatan. Pengamatan langsung dari sampel perilaku juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas relative dari berbagai prosedur perawatan. Pengamatan naturalistik sangat berguna ketika aspek perilaku tidak bisa atau tidak harus dimanipulasi.
15. Placebo effect               =      ini mungkin lebih dikenal di dunia kedokteran dengan istilah hypnotherapy. Placebo effect adalah salah satu cara pengobatan di dunia kedokteran dengan cara memberikan sugesti kepada pasien agar rasa sakit yang diderita si pasien berkurang.
                                                    Placebo effect ini hanya bekerja dan berguna untuk mengurangi rasa sakit akibat penyakit, atau memberikan sugesti kepada orang-orang yang depresi, ketergantungan, kecanduan obat-obatan, dan lain sebagainya.
16. Efek Hawthorne          =       fenomena psikologis yang menghasilkan peningkatan perilaku manusia atau kinerja sebagai hasil dari peningkatan perhatian dari atasan, klien atau kolega.
17. Deception (penipuan) =        dalam penelitian psikologi hanya diperbolehkan apabila tidak ada cara lain untuk melakukan penelitian tersebut. beberapa peneliti member argumentasi bahwa penelitian mereka tidak akan menghasilkan jawaban yang natural apabila mereka mengetahui topik penelitian.
18. Confidentiality           =        pencegahan bagi mereka yang tidak berkepen-tingan dapat mencapai informasi . Secara umum dapat disebutkan bahwa kerahasiaan mengandung makna bahwa informasi yang tepat terakses oleh mereka yang berhak ( dan bukan orang lain), sama analoginya dengan e-mail maupun data-data perdagangan dari perusahaan.
19. Informel consent         =       Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah cukup.
20.  Narrowing Questions  =       yaitu mulai dengan mengajukan pertanyaan luas, kemudian disusul dengan pertanyaan yang lebih mendetail. Fungsinya adalah mengetahui sikap klien yang spontan atau yang sejujur-jujurnya.
21. Progressing Questions =       mulai dengan memberikan pertanyaan tentang suatu yang dekat dengan apa yang sesungguhnya ingin diketahui, kemudian menyusul pertanyaan yang secara progresif mengarah pada hal yang sesungguhnya ingin diketahui.
22. Embedding Questions =        ialah menyembunyikan pertanyaan yang lebih signifikan, ke dalam pertanyaan lain.
23. Leading Questions      =        memberikan pertanyaan yang terarah pada sesuatu yang ingin diketahui dengan cara yang hati-hati.
24. Pengertian Anamnesis =       suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
25. Diagnosa                =             proses melakukan pemeriksaan terhadap sesuatu dengan menggunakan cara dan teknik tertentu.
26. prognosa                =             peramalan dari kemungkinan dari suatu penyakit, sebuah perkiraan kemungkinan hasil akhir penyakit, baik dengan atau tanpa pengobatan.
27. test retest               =             Untuk melakukan uji reliabilitas kuesioner dengan teknik pengukuran berulang dilakukan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
28. internal consistency  =          hasil pengujian yang sama dengan menggunakan berbagai pernyataan-pernyataan membangun
29. Equivalent Forms     =          Sejauh mana seorang individu memperoleh skor yang sama pada setara, atau paralel, bentuk tes yang sama. (buku Ψ Klinis/google translate)
30. Split-Half                  =         Sejauh mana skor individu pada satu setengah dari tes (misalnya, item bernomor genap) yang mirip dengannya (laki-laki atau perempuan) skor pada setengah lainnya (misalnya, item ganjil). (buku Ψ Klinis/google translate)
31. Content Validity
      1) Validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
      2) Sejauh mana item wawancara memadai mengukur semua aspek konstruk yang diukur  (
32. Predictive Validity
  1) Validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang. (google)
       2) Bentuk validitas-kriteria yang terkait. sejauh mana skor wawancara berkorelasi dengan nilai pada langkah-langkah lain yang relevan diberikan di beberapa titik di masa depan. (buku Ψ Klinis/google translate)
33. Construct Validity
 1)  Validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu  pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran. (google)
      2)  Sejauh mana skor wawancara berkorelasi dengan langkah-langkah lain atau perilaku dalam cara yang logis dan secara teoritis konsisten. Untuk membangun valid, wawancara harus menunjukkan semua aspek validitas. (buku Ψ Klinis/google translate)
34. Concurrent Validity
         1) Validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja. (google)
         2)  Bentuk validitas-kriteria yang terkait. sejauh mana skor wawancara berkorelasi dengan nilai pada langkah-langkah lain yang relevan diberikan pada saat yang sama. (buku Ψ Klinis/google translate)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar