Sabtu, 04 Juni 2016

SEJARAH MARTIN BUBER

SEJARAH MARTIN BUBER



1. Riwayat Hidup
Martin Buber adalah seorang filsuf Yahudi kelahiran Austria, Wina pada 8 Februari 1878 dan terkenal dengan filsafat dialogisnyaSaat berusia 3 tahun, orang tuanya bercerai sehingga ia kemudian tinggal bersama kakek neneknya di Lemberg (Galicia), Polandia.  Kakeknya, Solomon Buber adalah seorang sarjana Ibrani yang menulis beberapa tinjauan kritis terhadap Midrash (tafsiran Yahudi terhadap Alkitab). ).   Ia menyelesaikan studi di Polish Gymnasium (1896) pada usia 17 tahun kemudian masuk ke Universitas Wina untuk belajar filsafat dan sejarah seni.  Dari Wina, ia melanjutkan studinya ke Universitas Berlin, Leipzig dan Zurich. Ketika di Leipzig (1898), ia terlibat dalam gerakan Zionisme yang dipimpin oleh Theodor Herzl.  Tahun berikutnya, ia menjadi salah seorang editor Die Welt (Dunia), majalah kaum zionis pada zaman itu.  Di sini ia bertemu dengan Paula Winkler, salah satu penulis Die Welt, seorang Katolik yang menjadi penganut Yahudi yang kemudian menjadi istrinya.  Pada tahun 1904, ia keluar dari Zionisme. Kemudian ia mempelajari Hasidisme secara intensif dan memutuskan untuk mundur dari segala aktivitasnya menulis dan mengajar selama 5 tahun.  Dari tahun 1916 hingga 1924, ia menjadi editor Der Jude, majalah yang menekankan pembangunan rohani dan budaya umat Yahudi. Tahun 1920, bersama Franz Rosenzweig dan Ernst Simon, ia mendirikan Freies Jüdisches Lehrhaus (Free Jewish Academy), sebuah akademi yang mengajarkan tradisi Yahudi kepada orang-orang Yahudi di Eropa. Tahun 1925 ia dan Rosenzweig membuat terjemahan Alkitab PL (Perjanjian Lama) dalam bahasa Jerman dan baru selesai pada tahun 1961. Martin Buber meninggal pada tanggal 13 Juni 1965.

2. Karya-Karya
Martin Buber telah menghasilkan banyak buku seperti The Tale of Rabbi Nachman (1906), The Legend of the Baal-Shem (1908), The Great Maggid (1922),  The Hidden Light (1924),  Tales of the Hasidim  (1928), Gog and Magog (1940),  Teaching of the Prophets  (1942), Pointing The Way (1954) dan karya besarnya, Moses (1944). Bukunya yang sangat terkenal, I and Thou (1923) adalah ekspresi puitis yang hebat tentang Filsafat Dialog ini, dan merupakan sebuah eksistensialisme religius yang berpusat pada perbedaan antara dua jenis relasi, yakni: relasi langsung/mutual dan relasi tak langsung/utilitarian. Relasi langsung dan mutual adalah I-Thou  relationship (dialogue) dimana setiap orang menerima orang lain sebagai sebuah nilai yang unik. Sedangkan relasi tak langsung atau utilitarian adalah I-it relationship (monologue) dimana setiap orang tahu dan menggunakan orang lain tapi tidak dapat melihat dan menilainya sendiri. Dengan membedakan dialog dan monolog dengan agama, Buber menegaskan bahwa agama berarti berbicara dengan Allah, bukan bicara tentang Allah. Esensi Judaisme biblis, menurut Buber, bukannya monoteisme melainkan dialog antara manusia dan Allah.

3.                 Ajaran Tentang Manusia
Menurut Buber manusia mempunyai dua relasiyang fundamental berbeda: disatu pihak relasi dengan benda-benda dan di lain pihak relasi dengan sesama manusia dan Allah. Relasi yang pertama di sebut ich-as (I-It) dan relasi yang kedua disebut Ich-Du (I-Thou). Dalam bahasa Indonesia yang berarti Aku-Itu dan Aku-Engkau. Buber mengatakan bahwa karena dua relasi ini “Aku” sendiri bersifat dwi-ganda, sebap “Aku” yang berhubungan dengan”Itu” berlainan dengan “Aku” yang berhubungan dengan “Engkau”. Tetapi biarpun relasi-relasi bisa berbeda, namun “Aku” tidak pernah tanpa relasi: “Aku” tidak pernah merupakan suatu “Aku” yang terisoli. There is noI as such but only the I of the basic word I-You and the I of the basic word I-It.

Relasi Aku-Itu menandai dunia dari Erfahrung, kata Buber berarti dunia di masa saya menggunakan benda-benda , menyusun benda-benda, memperalat benda-benda.dunia ini di tandai kesewenang-wenangan. Semuanya dalam dunia ini di atur menurut kategori-kategori seperti misalnya milik dan penguasaan.
Relasi Aku-Engkau menandai dunia dari Beziehung, berarti dunia di mana aku yang menyapa engkau dan engkau yang menyapa aku, sehingga terjadi dialog yang sejati. Dalam dunia ini Aku tidak menggunakan Engkau, tetapi Aku menjumpai Engkau. Perjumpaan merupakan salah satu kategori-ketegori cinta dan kebebasan.

Tentu saja, selalu mungkin bahwa Engkau di perlakukan sebagai Itu. Kalau begitu angkau bagi Aku tidak lagi sesama manusia melainkan suatu benda: objek yang dapat saya gunakan atau yang tidak boleh menggangu kesengan saya. Dalam situasi semacam itu saya merasa sepi, seperti orang lain meraskan hal yang sama. Tetapi sebenarnya situasi itu tidak dapat di benarkan, sebap Aku menjadi Aku karena Engkau. I require a you to become ; becoming I, I say you. Tetapi buber mengatakan juga engkau tidak mungkin didapatkan dengan mencari. Engkau tampil bagi saya sebagai suatu rahmat.               
.
Relasi Aku-Engkau memuncak dalam relasi Aku dengan Allah sebagai Engkau yang abadi. Extendet, the lines of relationships intersect in the eternal you. Melawan tendensi mistik yang ingin meleburkan pribadi manusia ke dalam Allah, buber menekankan bahwa pada taraf religius sungguh-sungguh terdapat relasi Aku-Engkau yang mengherankan ialah bahwa manusia sebagi Aku sanggup mengadakan hubungan dengan Engkau yang absolut, allah adalah Engkau yang tidak mungkin dijadikan Itu. Ia tidak dapat didefinisikan atau dilukiskan. Manusia hanya dapat mengenal allah dalam ketaatan dan kepercayaan. Manusia dapat membenci Allah atau mengutuk Dia atau berbalik dari padanya kalu penderitaan sudah tidak tertahan lagi. Tetapi dia tidak dapat membuat Allah menjadi suatu benda  suatu objek diantara objek-objek. Dalam sejarah nama Allah sering salah digunakan dalam kejahatan. Juga dalam teologi tidak jarang diberi kesan-kesan seakan Allah dapat dilakukan sebagai objek (Allah yang dijadikan suatu “kebenaran” umpamanya). Tetapi Allah tetap tinggal “Engkau yang abadi”. The eternal you is you by its very nature, only our nature forces us to draw it into the it-word and speech. Ajaran filosofi buber di bidang lain juga sangat di pengaruhi oleh pembedaan yang fundamental antara Aku-Engkau dan Aku-Itu.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar