Review Jurnal
psikologi
I. A. Judul
Penelitian
Jurnal penelitian kualitatif
B. Nama Penulis
Olivia M, Kaparang
C.
Nama Jurnal
Analisi
Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya
Pop Korea Melalui Televisi
(studi pada siswi SMA Negri 9, Manado)
D. Tahun dan
penerbit
“Acta Diurna”. Vol.
II/No.2/2013
II. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
menganalisis gaya hidup remaja SMA Negri 9, Manado dalam mengimitasi budaya pop
korea melalui televisi
III. Latar Belakang
Masalah
Sehubung
dengan perkembangan zaman, teknolgi masa kini juga semakin berkembang pula
terutama di zaman globalisasi ini. Globalisasi membuat interaksi antara seluruh
warga dunia menjadi bebas dan terbuka seolah-olah batasan-batasan suatu Negara
menjadi sempit dan salah satu dampak dari globalisasi adalah perkembangan
teknologi. Perkembangan teknologi ini pun tampaknya semakin memudahkan kita
dalam berbagai bidang terlebih dalam bidang telekomunikasi. Kita dapat dengan
mudah dan cepat memperoleh informasi baik dari dalam negri maupun luar negri.
Hal ini membuat seakan-akan tidak ada lagi batasan-batasan dalam berbagi
informasi antar manusia.
Tak
hanya berbagi informasi yang dapat disebarkan dengan cepat melalui hadirnya
berbagi teknologi telekomunikasi yang mutakhir tersebut, budaya pun dapat
dengan mudah disebarkan keseluruh dunia. Hal ini berkaitan dengan globalisasi
budaya dimana pernyataan ini dapat dikatakan sebagai suatu gejala tersebarnya
nilai-nilai dan budaya tertentu dari suatu Negara keseluruh dunia sehingga
menjadi budaya dunia atau world culture.
Salah
satu budaya yang tengah mempengaruhi berbagai Negara adalah budaya pop Korean
atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-POP/Hallyu wave/Korean wave. Indonesia
pun terikut imbas penyebaran budaya ini terutama dikerenakan Indonesia
merupakan Negara berkembang yang sudah dipengaruhi Negara-negara maju
penyebaran budaya korea ini juga terbentuk dengan berbagai media masa yang giat
memperkenalkan budaya tersebut dan salah satu media massa yang intensif dalam
menyebarkan budaya ini adalah televisi. Hamper setiap hari kita dapat menonton
acara-acara yang berhubungan dengan budaya pop Korean ini dihampir seluruh
stasiun televise.
Ketertarikan
akan budaya ini pun semakin meningkat terutama dikalangan remaja, secara khusus dikalangan remaja SMA Negri 9, manado.
Berawal dari melihat berbagai berita di media massa, mereka mulai mengumpulkan
informasi mengenai budaya tersebut dan akhirnya mulai mengimitasi budaya
tersebut kedalam gaya hidup keseharian mereka. Dapat dikatakan terjadi
pergeseran dalam mengaktualisasikan nilai budaya Indonesia ke budaya pop Korean
dimana budaya tersebut belum tentu sesuai dengan budaya kita dan tekesan
semakin melupakan budaya bangsa sendiri.
IV. Tinjuan Pustaka
Konsep tentang gaya
hidup
“Gaya
Hidup adalah cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya dan apa
yang mereka pikirkan tentang dunia sekitar nya”. (Plummer, 1983)
Jadi
gaya hidup dapat dikatakan suatu pola hidup seseorang di dunia yang di
ekspresikan dalam aktivitas, minta, dan opini nya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungan nya. Menurut chaney (dalam subandy, 1997), ada
beberapa bentuk gaya hidup antara lain :
a. Industri
gaya hidup
b. Iklan
gaya hidup
c. Public
relation dan journalism gaya hidup
d. Gaya
hidup mandiri
e. Gaya
hidup hedonis
Menurut
pendapat amstrong (dalam nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari prilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunkan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan dan penetuan kegiatan-kegiatn tersebut. Lebih
lanjut amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal) dan faktor yang bersal dari luar individu (eksternal). Faktor
imternal yaitu pengalaman, sikap, pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif,
dan presepsi. Sedangkan faktor luar terdiri dari kelompok referensi, keluarga,
kelas sosial, dan kebudayaan.
Konsep
Remaja
Menurut
psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga
masa awal dewasa yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun (sarwono, 1997). Monks berpendapat bahwa
secara global masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian
12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja
pertengahan, dan 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (monks, 2002).
Sedangkan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja.
Batasan usia ntersebut didasarkan atas dasar kesuburan wanita yang berlaku juga
untuk pria.
Konsep
Imitasi
Imitasi
merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi tidak berlangsung secara
otomatis melainkan dipengaruhi sikap menerima dan mengagumi apa yang di imitasi
. untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang
berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi
ada faktor lain yang berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi. Bagaimana
orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai
sikap menerima terhadap apa yang di imitasi itu. Dengan demikian untuk
mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi dengan apa
yang di imitasi itu karena itu imitasi berlangsung dengan sendiri nya.
Konsep
Budaya Pop korean
Kata
“pop” di ambil dari kata populer yang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dikenal dan disukai orang banyak
atau umum. Untuk istilah populer, Williams memberikan empat makna yaitu banyak
disukai orang, jenis kerja rendahan, kerja yang dilakukan untuk menyenangkan
orang, dan budaya yang memang dibuat oleh orang untuk diri nya sendiri
(Williams, 1983:90)
Menurut
beberapa definisi dari kata “Budaya” dan “popular” di atas, dapat diseimpulkan
bahwa budaya populer adalah suatu kebudayaan yang sudah berkembang atau suatu
pandangan hidup, praktik, dan karya yang disukai oleh orang banyak.
Budaya
popular korea diantara nya adalah sinetron/drama tv korea (contoh: full house,
you’re beautiful, boys before flower dll), film korea (contoh : my sassy girl, marrying
the mafia, dll)
Konsep
Televisi
Kata
“televisi” merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa yunani dan
visio (pengelihatan) dari bahsa latin sehingga televisi diartikan sebagai alat
komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/pengngelihatan. Penggunaan
kata “televise” sendiri juga dapat merujuk kepada “kota televise”, “acara
televise” atau “transmisi televise” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
televise artinya adalah 1) sistem penyiran gambar yang disertai bunyi (suara)
melalui kabel atau melaui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya
(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali
menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar; 2)
pesawat penerimaan gambar siaran televise.
Konsep
Teori Modeling
Teori modeling teori ini merupakan aplikasi
dari teori belajar social yang dikemukakan oleh albert bandura (1986), seorang
psikolog dari kanada. Menurut teori belajar sosial orang belajar dari orang
lain melaui observasi, peniruan, dan permodelan. Model tidak harus diperagakan
oleh seseorang secara langsung, tetapi kita juga dapat menggunakan seorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagi model.
Kaitan
teori modeling dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah salah atu efek
dari media massa adalah terjadinya pengimitasian yang dilakukan pemirsa yang
didasarkan apa yang dilihat di media massa. Dalam hal ini, efek dari tayangan
televise yang berhubungan dengan budaya pop Korean menarik perhatian pemirsa di
kalangan remaja sehingga terjadilah pengimitasian. Dalam kaitannya dengan
penelitian ini, maka teori modeling dapat menjelaskan bagaimana remaja SMA 9,
Manado mengimitasi budaya pop korea yang tengah populer kedalam gaya hidup
mereka sehari hari dimana saat ini budaya Korean tengan menjadi role model
mereka.
V. Metode
Penelitian
- Jenis/ Metode
Penelitian
Teknik
yang digunakan untuk menentukan informasi dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling dimana informasi dipilih dalam pertimbangan dan tujuan
tertentu
- Metode Pengambilan
Data
Data
yang dikumpulkan berupa hasil wawancara mendalam serta observasi langsung serta
beberapa artikel-artikel dari majalah/Koran/internet yang kemudian data yang
diperoleh dianalisi secara deskriptif kualitatif
VI. Hasil Penelitian
Sebagian
informasi menyatakan bahwa mereka mengikuti perkembangan budaya pop korea
melalui televisi bahkan merekapun mengetahui waktu penayangan untuk acara-acara
korea tersebut. Hal ini pula sesuai dengan praktek hidup dan gaya mereka yang
mengadopsi sekaligus mengoleksi semua hal yang berhubungan dengan budaya pop
korea. Selain itu salah satu informasi menyatakan bahwa ia lebih sering
mengikuti perkembangan budaya pop korea melalui internet yang menurutnya lebih
cepat menampilkan berbagai informasi baru tentang budaya pop Korean.dapat
dikatakan mereka lebih mengikuti perkembangan budaya luar dibandingkan budaya
sendiri.
Pentingnya
pengawasan orang tua terhadap anak pun terlihat kurang direspon dengan baik.
Hal ini dapat dibuktikan dengan frekuensi serta durasi menonton acara korea melalui
televisi yang di kemukakan oleh para informasi. Sebanyak 50% informan
menyatakan bahwa mereka menonton acara korea dalam seminggu adalah kurang dari
4 kali, dan untuk frekuensi menonton acara korea dalam seminggu lebih dari 4
kali adalah sebanyak 40%, sedangkan 10% menyatakan tidak tahu pasti seberapa
sering ia menonton acara korea melalui televisi dikarenakan ia lebih memilih
streaming melalui internet. Untuk frekuensi menonton acara korea melalui
televisi dalam sehari, 40% informan menyatakan bahwa mereka menghabiskan waktu
sebanyak 5 kali, sedangkan masing-masing 30% informan menyatakan dapat
menghabiskan kurang dari 3 kali dan 3-5 kali untuk menonton acara tersebut
sedangkan frekuensi untuk menonton acara korea melalui televisi per jamnya
dalam sehari, 60% informan menyatakan bahwa mereka menghabiskan waktu lebih
dari 4 jam dalam sehari dan 40% informan menyatakan bahwa mereka menghabiskan
waktu 2-4 jam dalam sehari untuk menonton nya.
Semua
data hasil penelitian tersebut menampilkan bagaimana budaya pop korea menjadi
incaran kaum muda kita. Mungkin mereka akan menjelaskan dengan gaya dan
pemahaman mereka tentang apa yang sementara mereka gemari dan hidupi dalam
keseharian hidup. Namun di sisi lain tampak jelas mereka mulai meninggalkan
budaya Indonesia sebagai pegangan dalam hidup keseharian. Mereka lebih
memperjuangakan budaya lain dari pada budaya sendiri. Kepercayaan tinggi dan
motivasi tinggi serta pengakuan positif dari masyarakat dan kalangan keluarga
akan sangat membantu mereka untuk lebih tumbuh dalam menghidupi budaya bangsa
lain.
VII. kelebihan dan
kelemahan
-
Kelebihan : membantu kita mempelajari
budaya lain sebagai sebuah kekayaan informasi dan panutan dalam hidup
-
Kekurangan : proses pengimitasian dari
remaja yang berlebihan dapat membuat terjadinya sebuah pergeseran budaya dimana
budaya sendiri menjadi hal yang aneh bagi anak bangsa sedangkan budaya luar
menjadi santapan lezat bagi para remaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar